Berikut ini, dari judul: Jika Hujan Datang dan Di Lorong Tubuh
Jika Hujan Datang
kususuri
jalan-jalan sepanjang desa, petani mungil menabur kegigihan rela mengangkut
tubuh hampir rubuh air-air diambil dari sebidang kolam.
seperti mimpi
bagi mereka menata cinta anak-anak tembakau. merayakan ulang tahun untuk ladang
mereka dan aku. seperti menari-nari di jerami, kami sanggul mimpi itu dan
pulang tak bawa apa-apa, hanya serpih api-api. usang meladang, tembakau
telanjang. di keutuhan malam hari, merekamlah kami tentang musim-musim. jika
hujan datang, mungkin kami melabuhkan tubuh kepada majikan. meskipun kami
mengguyuri diri dengan sesal yang kelam.
Probolinggo, 2010
Di Lorong Tubuh
di lorong
tubuhmu aku berlari-lari
jalanan ini
meruntuhkan pusara dan nestapa, di tiap tikungan tarian, kecak dan rancak kakimu seperti suasana riuh pasar tanah garam seperti tadarus mengendap
dan ramai di jantungmu. ya, padahal
jutaan kata-kata terlahir sebelum penyair, ingin
aku menjelma celurit seperti membaca dendam di lubuk orang hitam dan aku memasuki tubuhmu
yang rimba.
karena airmatamu hijrah maka akan
ada senja
memilihkanku jalan tak petang di lorong tubuhmu
di lorong
tubuhmu aku berlari-lari
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar