Jumat, 16 Maret 2012

Hujan di Perempuan Itu


Seruan perempuan di meja. Rindu lelaki di sana. Aku tergugah
padamu, hujan. Tubuhku lumayan tabah bila kau goyah
dan percik air sudah meluas ke kolongkolong harapan dan nafas 
perempuan sampai akhir membauimu.Tapi lelaki di sana
tak selesai menjawab. Aku pandangimu, hujan.

Seruan demi seruan. Perempuan pemangku cinta, tetapi lelaki
sedang sibuk meminjam jas. Ada hujan menyeru, dan menyerbu.
Aku melihat hujan di perempuan itu. Lebih deras, memeras
lukanya, memindah dukanya pada air yang mengalir
di kolongkolong harapan.

Aku tahu kepergian bukanlah seruan, bukan harapan.
Niscaya padamu, hujan. Perempuan teduhkan
apa yang melukainya. Aku menyelimuti diriku
pada separuh minuman yang meneteskan aroma di balik hujan.

Malang, 2011

Tidak ada komentar: