Kembang Kamboja
kembang
kemboja
menghiasi tubuhmu
dibalut
senja.
aliran sungai jadi sunyi
dan namamu menelusup pagi.
begini musim hujan:
tubuhmu adalah kembang kemboja
bau tubuhmu rembulan yang setia.
2011
Burung Hantu
akulah burung hantu sungguh
yang memburumu. ketika kau lelah
mencari cinta.
bising sekali duniamu
dan doaku kepada waktu
agar kau mau mengejarku
meski aku telah menjelma
burung hantu.
2011
Perahu Mata Ibu
sungai
berangsur kebanjiran
dan
cinta bergegas jadi pujian.
pedas
tak lekas pergi
tapi
hati ini kian bertepi.
perahu
ini sayangku
tiba
ke halaman rumah
dan
kita menunggu waktu
saling
rindu dan tabah.
sesudah
gelombang
aku
nantikan kau di seberang.
2011
Kota Hujan
kota hujan
di tangisan sore
di lengkung matamu.
aku menjumpai jalan ketegaranmu
di pinggiran kota. kau menepikan rembulan
dan cahayanya jatuh di jalan.
kenangan hanya satu jam
mendekap tubuhku dan merambati malam.
2011
Topi Merah
jalan ke
barat
aku terasa
lebih dekat.
musim hujan
tersesat
untuk berkhianat
aku dua kali
rakaat
meminta
ijabah
dari ringkih
dan tabah
berulang
kali.
aku memetik
buah
disanggul
topi merah
sesuatu yang
musnah
memilih
pindah
menemui
jalan
ke jalan kesunyian.
2011
Capung
pada
fajar yang berembun
aku
menjelma capung
terbang
ke dekat jendela.
bercermin
kepalaku
seperti
merekam hidup
di
hampar kesunyian.
sayapku
jatuh seperti kisah
cintaku
yang gagal menebus subuh.
di
dekat jendela aku tak berkepala.
2011
Kambang
Iwak
di kambang iwak
petuah masih disinggahi rembulan
berarak.
aku tak resapi iwak
aroma teh
sesekali aku menjadi tawa oleh sajak.
musi dan ampera menggenapi limpahan durian
dalam partitur sungai
aku tahu penyair perempuan
tapi malam itu iabaca parade kesepian
dengan lelaki janggut malam dan aku diam
sampai aku tegar bahwa iabaca kematian.
2011